Jumat, 10 Februari 2023

Peran GIM dalam Meningkatkan Kualitas Guru

 PERAN GIM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU

(Drs. Bunyani, Ketua GIM Surabaya)

 

Menjadi guru adalah suatu pilihan, karena profesi ini membutuhkan skill tertentu dalam mencerdaskan anak bangsa. Dalam Bahasa Indonesia pengertian guru adalah merujuk sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pembelajar sejati yang tidak akan berhenti belajar sampai nanti atau dalam kurikulum merdeka dikenal dengan istilah pembelajar sepangjang hayat.

Guru adalah elemen terpenting dalam keberhasilan Pendidikan. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru wajib memenuhi kualifikasi yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 10, yang diatur kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu (1) Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan atau keterampilan seorang guru mengelola proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik. (2) Kompetensi Kepribadian, berkaitan dengan karakter personal guru yang mencerminkan kepribadian positif yaitu: supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum, dan lain sebagainya. (3) Kompetensi professional, guru adalah sejauh mana seorang guru menguasai materi pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola pikir keilmuannya. (4) Kompetensi sosial, berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, bersikap dan berinteraksi secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas.

Pada awal tahun ajaran baru 2022-2023 dalam Rapat Kerja (Raker) Forum Silaturrahim dan Komunikasi (FOSKAM) SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya muncul gagasan dalam rangka mewadahi guru-guru SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya untuk menjadi Trainer of Trainer (ToT), yang nantinya bertugas menjadi fasilisator dalam peningkatan profesionalitas guru-guru SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya terutama dalam mensikapi perubahan pekembangan sistem pendidikan di tanah air.

Melalui rapat koordinasi Forum Silaturrahim dan Komunikasi (FOSKAM) SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, pada tanggal 24 Oktober 2022 keluarlah Surat keputusan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya Nomor: 388/KEP/III.4/D/2022 tentang Pengangkatan dan Penentapan  Guru Inti Muhammadiyah (GIM) SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya. Berdasarkan surat keputusan ini Guru Inti Muhammadiyah (GIM) berfungsi sebagai wadah guru-guru Muhammadiyah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

Guru Inti Muhammadiyah (GIM) dipilih dari guru-guru SMP/MTs Muhammadiyah se-Surabaya yang telah memiliki banyak pengalaman dan ketrampilan mulai dari Instruktur Nasional mata pelajaran, Duta Rumah Belajar (DRB), Guru-Guru Penggerak, dan lain-lainnya.

Dalam rangka memberdayakan peran Guru Inti Muhammadiyah (GIM) maka Forum Silaturrahim dan Komunikasi (FOSKAM) SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya mengadakan kegiatan-kegiatan yang memobilisasi guru-guru SMP/MTs Muhammadiyah se-Surabaya untuk meningkatkan kemampuan dan skillnya sebagai guru-guru yang bertugas dilingkungan SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya.

           

Launching GIM & Diseminasi Kurikulum Merdeka 2022

Pada semester pertama tahun pelajaran 2022-2023 Forum Silaturrahim dan Komunikasi (FOSKAM) SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya telah mengadakan kegiatan “Launching Guru Inti Muhammadiyah (GIM) dan Diseminasi Kurikulum Merdeka SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya”,  yang dilaksanakan mulai tanggal 29 Oktober sampai 12 November 2022 setiap hari sabtu, kegiatan ini diselenggarakan berbasis sekolah sekolah Muhammadiyah di lima wilayah Kota Surabaya, dengan GIM sebagai fasilisator dan pemateri.

Dalam kegiatan diseminasi kurikulum ini GIM melakukan sosialisasi tentang pemberlakuan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka. Orientasi kegiatan ini adalah bagaimana guru-guru SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya paham tentang kurikulum merdeka, karena ada banyak perubahan baik perubahan paradigma atau perubahan istilah-istilah dalam kurikulum merdeka, seperti KI KD menjadi Capaian Pembelajaran (CP), silabus dalam kurtilas menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), KKM berubah menjadi Kompetensi Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP), dan RPP menjadi Modul Ajar.

Pendidikan karakter dalam kurikulum merdeka tidak menjadi tanggungjawab mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila saja tetapi Pendidikan karakter yang tertuang dalam dimensi profil pelajar Pancasila harus masuk dalam pembelajaran semua mata pelajaran intrakurikuler. Disamping kegiatan pembelajaran intrakurikuluer juga ada kegiatan pembelajaran proyek, dimana kegiatan intrakurikuler mengauu pada ketercapaian CP, sedangan kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Pada semester kedua tahun pelajaran 2022-2023 Forum Silaturrahim dan Komunikasi (FOSKAM) SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya telah mengadakan “Workshop Penyusunan TP, ATP dan Modul Ajar”, kegiatan ini bebasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK). Workshop ini bertujuan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada tahun pelajaran 2023-2024.

Peranan GIM dalam kegiatan ini adalah menjadi fasilisator untuk mendampingi guru-guru yang tergabung dalam MGMP dan MGBK SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya. Workshop ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Januari sampai 4 Februari 2023 dengan mengambil waktu setiap hari sabtu mulai pukul 08.00 sampai 15.00, yang dipusatkan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah PDM Kota Surabaya.

Sebagai fasilisator dalam kegiatan workshop maka GIM berbagi pengetahuan dan memberikan pelatihan pada setiap peserta yang terdiri dari guru-guru MGMP dan MGBK dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan menyusun alur tujuan pembelajaran, yang nantinya ATP akan dijadikan pedoman guru dalam membuat modul ajar. Dalam berbagi ilmu GIM telah menyiapkan PPT dengan judul “Cara Mudah Merumuskan TP dan Menyusun ATP”. Setelah PPT disampaikan oleh salah satu instruktur GIM, setiap peserta workshop diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab terlebih dahulu dengan GIM.

Setelah tanya jawab selesai dilakukanlah pelatihan merumuskan TP dan Menyusun ATP dengan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh tim GIM. Lembar Kerja dalam bentuk matrik sehingga dapat memudahkan guru dalam mengisi kolom-kolom yang ada dengan bahan-bahan yang telah disiapkan sebelumnya oleh guru-guru MGMP dan MGBK. Dan hasil karya guru-guru MGMP dan MGBK akan direkomendasi oleh Majelis Dikdasmen PDM Kota Surabaya untuk digunakan di SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya.

Semoga apa yang telah dilakukan oleh GIM dapat menginspirasi guru-guru SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surabaya untuk berkarya terutama dalam mencerdaskan anak bangsa. Tugas guru tidak hanya sekedar mengajar tetapi menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah yang disebut guru sebagai motivator pembelajaran. (Byn).

Rabu, 25 Januari 2023

Merumuskan TP dan Menyusun ATP

 Merumuskan TP dan Menyusun ATP

(Drs. Bunyani, Ketua GIM Surabaya)

 

Dalam kurikulum merdeka ada banyak singkatan-singkatan yang perlu dipahami oleh setiap guru seperti CP, TP, ATP, MA, KKTP, P3, P5 dan KOSP. CP adalah singkatan dari Capaian Pembelajaran, TP adalah Tujuan Pembelajaran, ATP kepanjangan Alur Tujuan Pembelajaran, MA  adalah Modul Ajar, KKTP yaitu Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran, P3 singkatan dari Profil Pelajar Pancasila, P5 singkatan dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan KOSP adalah Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan.

Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) dalam kurikulum merdeka melalui Surat Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) nomor 003/H/KR/2022 tentang capaian pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka. Dalam Dokumen CP Terdapat Empat Komponen antara lain

1.    Rasional Mata Pelajaran:

Memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau lebih) Profil Pelajar Pancasila.

2. Tujuan Mata Pelajaran:

Kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut.

3.  Karakteristik Mata Pelajaran:

Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran serta elemen-elemen atau domain mata pelajaran dan deskripsinya.

4.  Capaian Pembelajaran Setiap Fase:

Deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum.

Setelah guru memetakan dan menganalisis capaian pembelajaran maka tugas berikutnya adalah merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP) untuk melengkapi perangkat pembelajaran bagi setiap guru.

Menurut H. Daryanto (2005:58) Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.

Ada tiga tehnik dalam merumuskan tujuan pembelajaran yaitu

1.    Merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung mengambil dari capaian pembelajaran.

2.    Merumuskan tujuan pembelajaran dengan menganalisi kompetensi dan konten dalam rumusan capaian pembelajaran.

3.    Merumuskan tujuan pembelajaran dengan lintas elemen yang ada dalam capaian pembelajaran.

Pada hakekatnya dalam merumuskan tujuan pembelajaran guru harus memperhatikan dua hal yaitu kompetensi dan konten dari setiap capaian pembelajaran. Kompetensi adalah kemampuan atau ketrampilan yang perlu didemontrasikan atau ditunjukkan oleh peserta didik. Sedangkan konten adalah materi pokok atau konsep dasar yang perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran. Idealnya rumusan tujuan pembelajaran memuat empat unsur yaitu ABCD, Audience (Peserta Didik), Behavior (Perilaku), Condition (Keadaan yang dilakukan), dan Degree (Tingkatan).

Tujuan pembelajaran dirumuskan menyesuaikan dengan berapa kali pertemuan dalam kegiatan pembelajaran dan setiap mata pelajaran memiliki jam pertemuan yang beragam pula. Sehingga jumlah rumusan tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran berbeda-beda, tergantung tingkatan kompetensi dan kedalaman konten dalam capaian pembelajaran.

Setelah merumuskan tujuan pembelajaran langkah berikutnya dalam perencanaan pembelajaran adalah “Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)”. ATP merupakan rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis, menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Pada Kurikulum Opersional Satuan Pendidikan (KOSP) Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) memiliki fungsi yang sama dengan “silabus”, yaitu sebagai acuan perencanaan pembelajaran.

Dalam matrik ATP yang perlu diperhatikan antara lain rumusan capaian pembelajaran yang sudah dianalisis, kompetensi dan konten, rumusan tujuan pembelajaran yang disusun secara urut, dimensi profil pelajar Pancasila, dan aloksi waktu. ATP yang telah tersusun akan dijadikan acuan oleh guru dalam membuat Modul Ajar (MA) dalam kurikulum merdeka. (Byn)

Sabtu, 18 Desember 2021

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh:

Bunyani, Drs.

Guru PKn SMP Muhammadiyah 2 Surabaya

ABSTRAK

 

Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam kelompok mata pelajaran ilmu-ilmu sosial (sifatnya hafalan) yang sering pada pembuatan jadwal pelajaran diletakkan pada jam-jam setelah istirahat bahkan jam terakhir, sehingga kondisi anak sudah tidak fit dalam mengikuti pelajaran, yang terjadi anak-anak sudah kecapean, mengantuk dan yang dipikirkan hanya ingin cepat-cepat pulang.Hal itu juga terjadi di Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Surabaya pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang kebagian jam terakhir sehingga semangat belajar menurun tentunya prestasi belajar yang dicapi anak juga menurun.

Dengan melihat kondisi dan kenyataan diatas maka peneliti ingin mencari jalan keluarnya dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas,  dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif “Think - Pair - Share (TPS)”  atau Berfikir – Berpasangan – Berbagi. Strategi ini termasuk jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil data evaluasi pada siklus I, hasil prestasi belajar siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) ada 12 siswa (63,16%), yang belum mencapai KKM ada 7 siswa (36,84%) dari 19 siswa dan nilai rata-ratanya adalah 64. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I, yaitu siswa yang sudah mencapai KKM 19 siswa (100% dari 19 siswa)dan rata-rata kelas 77. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metoda pendekatan Think Pair Share dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Kata kunci : Model Think Pair Share, Pelajaran PKN, Prestasi belajar

 


PENDAHULUAN

 

Optimalisasi pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Akan tetapi kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia belum seperti yang diharapkan. Masih banyak praktek pendidikan di Indonesia yang mengajarkan siswa untuk terbiasa dengan pendapat yang diperoleh tanpa mengembangkan terlebih dahulu pemikirannya.

Hal ini didukung juga dengan persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan berbagai muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar selama ini yang terjadi adalah siswa memiliki kecenderungan kurang mandiri dan bahkan pasif di ruang kelas. Sehingga pemandangan yang sering terlihat dalam kelas adalah siswa datang, duduk, diam, dengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Seolah-olah siswa mengikuti pelajaran sepertinya hanya merupa-kan rutinitas yang harus dijalani sebagai kewajiban saja dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini menjadikan proses pembelajaran sekedar fenomena rutin, tidak menarik, dan tidak memupuk kreatifitas siswa dan guru.

Disamping itu sering terjadi di sekolah-sekolah bahwa untuk mata pelajaran ilmu-ilmu sosial (yang sifatnya hafalan) diletakkan pada jam-jam setelah istirahat bahkan terakhir, sehingga kondisi anak sudah tidak fit lagi dalam mengikuti pelajaran, yang terjadi anak-anak sudah capek, mengantuk dan yang dipikirkan hanya ingin cepat-cepat pulang.

Hal itu juga terjadi di Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Surabaya pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang keba-gian jam terakhir sehingga semangat belajar telah menurun tentunya prestasi belajar yang dicapai anak juga menurun.

Prestasi adalah catatan ten-tang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Ruky, 2006). Sedang belajar merupakan suatu proses, suatu ke-giatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya me-ngingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami (Hamalik, 2010). Jadi Prestasi Belajar  adalah pengua-saan pengetahuan atau ketrampilan yang dicapai oleh anak dan biasanya ditunjukkan dengan nilai hasil tes yang diberikan oleh guru.

Dengan melihat kondisi dan kenyataan di atas maka peneliti ingin mencari solusi dengan menggunakan model pembelajaran yang bernama “Think - Pair - Share (TPS)”  atau Berfikir – Berpasangan – Berbagi. TPS termasuk jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Adapun langkah-langkah pe-laksanaan pembelajaran dengan menggunakan Think-Pair-Share adalah sebagai berikut: 

1) Berfikir (Thinking), guru menggali pemikiran siswa atas sebuah pertanyaan atau anjuran atau hasil observasi. Siswa sebaliknya diberikan waktu agak lama untuk berfikir (Think) mengenai per-tanyaan yang diajukan oleh guru.

2) Berpasangan (Pairing), bersama teman sebangku, setiap pasangan siswa bebas mengemukakan pendapat. Mereka membanding-kan catatan mereka dan meng-identifikasi jawaban yang dianggap paling tepat, paling meyakinkan, atau paling unik.

3) Berbagi (Sharing), sesudah siswa berdikusi perpasangan, guru meminta salah satu pasangan siswa untuk berbagi hasil diskusi-nya dengan kelas. Guru dapat melakukan hal ini dengan cara misalnya menunjuk salah satu pasangan. Seringkali, guru akan mencatat respon siswa di papan atau hanya dalam benaknya saja  (Sugiarto,2009). 

Kita tahu bahwa siswa belajar setiap topik/sub topik dengan mem-bicarakan isi bacaan. Namun kita tentu tidak menginginkan diskusi melenceng dari topik semula. TPS sangat membantu karena metode ini mengatur diskusi agar tidak melen-ceng. Para siswa berproses dengan mengikuti ketentuan yang dibatasi oleh tanggung jawab berfikir dan bersikap, karena setiap siswa harus melaporkan ke salah satu rekannya sebangku, kemudian secara bersama-sama harus melaporkan ke seluruh kelas. Dan inilah yang menjadi keistimeaan model pembelajaran TPS yang mudah diterapkan karena sederhana, menantang, tidak me-makan banyak waktu, dan cocok diterapkan dalam berbagai tingkat dan kondisi siswa.

Dengan terlibatnya semua siswa dalam diskusi tersebut di atas, maka diharapkan dapat meningkat-kan prestasi belajar semua siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Ke-warganegaraan merupakan salah satu dari lima kelompok mata pelajaran yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian.  Kelompok mata pelajaran Kewarga-negaraan dan kepribadian dimaksud-kan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status hak, dan kewajibannya dalam ke-hidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas diri sebagai manusia.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melak-sanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indo-nesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Bertitik tolak dari latar bela-kang di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: “Bagai-mana meningkatkan prestasi belajar dengan  mengguna-kan model pem-belajaran kooperatif Think - Pair – Share pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Surabaya ?”.

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitiian ini bertujuan untuk  meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarga-negaraan setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan model diskusi kooperatif Think - Pair – Share di Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Surabaya.

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut: 

1) Bagi Guru dapat mengetahui penerapan pembelajaran melalui model Think - Pair – Share dalam pembelajaran PKn secara tepat, sehingga dapat menjadi alternatif pilihan dalam menyampaikan materi pelajaran.

2) Bagi Siswa, dapat menambah motivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, melatih berfikir kritis, cepat dan tepat, dan melatih kemampuan serta ketrampilan siswa.

3) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini akan diberikan kepada pihak sekolah sebagai bahan referensi sekolah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam  rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya di SMP Muham-madiyah 2 Surabaya.

 


METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), karena penelitian  dilaku-kan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif kualitatif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Pelak-sanaan penelitian yang direncanakan terdiri atas 2 siklus, pada setiap siklus mencakup Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observasi), dan refleksi (reflection). Untuk lebih jelasnya penulis mem-buat uraian seperti di bawah ini:

 

1. TahapPerencanaan 

Langkah – langkah yang ditempuh dalam Rencana Perbaikan Pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan (PKn) adalah menyusun perangkat dan instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I dan II, 
b. Ringkasan materi pelajaran yang akan diberikan,
c. Lembar Kerja Siswa (LKS),
d. Lembar pengamatan aktivitas siswa oleh pengamat,
e. Lembar pengamatan aktivitas guru oleh pengamat.

Pelaksanaan penelitian tinda-kan ini dilakukan dengan 2 siklus, maka perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dibuat 2 (dua) kali. Sedang pengamat dalam penelitian ini adalah teman sejawat yang bersedia membantu dalam penelitian tindakan. Adapun secara rinci perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dibuat dalam dua siklus, pada siklus II disusun berdasarkan pengalaman yang terjadi pada siklus I dan memperhatikan saran-saran dari pengamat atau teman sejawat.  


2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti dengan diamati teman sejawat/guru pengamat. Langkah–langkah dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus adalah:

a. Menyampaikan tujuan pem-belajaran yag akan dicapai, 
b. Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya,
c. Pembahasan materi dengan menggunakan metode ceramah,
d. Memberikan pertanyaan secara umum untuk dipikirkan dan didiskusikan dengan teman sebangku  (TPS), 
e. Memberikan kesempatan pada setiap siswa dalam satu bangku untuk menyampaikan jawaban-nya secara umum (TPS),
f. Memberikan evaluasi diakhir pembelajaran,
g. Mengumpulkan data kegiatan pembelajaran dibantu teman sejawat.

 

3. Tahap Pengamatan

Pada tahap pengamatan dilakukan oleh teman sejawat atau guru yang bersedia membantu peneliti dalam penelitan, data yang diamati adalah:

a. Aktivitas kegiatan siswa dalam pembelajaran,

b. Aktivitas kegiatan guru dalam pembelajaran.

Pengamat melakukan pencatatan setiap peristiwa yang terjadi di kelas yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam mem-berikan masukan-masukan pada peneliti dalam rangka mengkritisi perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, dan proses pembelajaran itu sendiri.

 

4. Tahap Refleksi

Setelah selesai pelaksanaan diadakan refleksi, dalam refleksi ini observer (peneliti) melakukan diskusi dengan teman sejawat tentang perihal-perihal penting yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran, hal-hal yang dianggap penting meliputi aspek positif dan negatif pada proses pembelajaran akan menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan beri-kutnya. Semua kelebihan (aspek positif) akan tetap dipertahankan untuk meningkatkan kualitas pem-belajaran, sedang kekurangan-kekurangan (aspek negatif) harus diperbaharui agar dalam pemebe-lajaran pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi. Teman sejawat sebagai pengamat dalam penelitian, pada tahap refleksi memberikan masukan-masukan yang dipertimbangkan untuk perbaikan  pelaksanaan siklus berikutnya, sehingga dalam pelaksa-naan pembelajaran siklus berikutnya hal-hal yang tidak diinginkan tidak akan muncul kembali.

Data yang dikumpulkan se-lama kegiatan pembelajaran ke-mudian dianalisis baik secara des-kriptif kualitatif maupun kuantitatif untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan yang telah ditetapkan. Data penelitian tindakan kelas meliputi:

a. Keterlaksanaan RPP selama pembelajaran berlangsung.
b.  Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
c.   Hasil prestasi belajar siswa se-lama pelaksanaan perbaikan pembelajaran.  

 

HASIL  DAN PEMBAHASAN

 1. Tahap Perencanaan

Sebagai tahap awal guru mempersiapkan kegiatan belajar mengajar diantara yaitu:

a. Mempersiapkan buku-buku yang relevan  sebagai sumber belajar,
b. Mempersiapkan media sebagai pendukung proses pembelajaran, dan
c. Mempersiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan pada proses pembelajaran.
 

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini guru dan teman sejawat merancang kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajan, sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran kepada siswa, 
b. Guru menjelaskan materi secara singkat dengan metode ceramah,
c. Guru meminta siswa untuk bekerjasama dengan teman sebangku,
d. Guru memberi permasalahan atau pertanyaan untuk didiskusi-kan  dengan teman bangku, 
e. Guru meminta setiap siswa me-nyampaikan hasil diskusinya secara bergantian.
f. Guru membantu siswa untuk membuat kesimpulan.
g. Evaluasi (tes akhir) sebagai alat ukur kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
 

3. Tahap Pengamatan

Dalam tahap pelaksanaan per-baikan pembelajaran telah diperoleh data-data hasil penelitian berdasarkan intrumen penelitian yang telah diper-siapakan. Dari data instrumen hasil penelitian akan dianalisa, sehingga akan dapat diketahui sejauhmana ketercapaian dalam penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Data-data hasil penelitian dipaparkan   sebagaimana yang tertera dalam tabel-tabel di bawah ini:

 

Tabel 1

Instrumen Keaktifan Siswa

 

No

Aspek Yang di Nilai

Siklus

I

II

1.

Siswa termotivasi untuk menggunakan kemampuan berfikirnya

2

4

2.

Siswa termotivasi untuk menggunakan kemampuan kritis dan kreatifitasnya.

1

3

3.

Siswa belajar dalam keadaan senang dan gembira

3

3

4.

Terjadi interaksi siswa dengan siswa

2

4

5.

Terjadi interaksi siswa dengan guru

1

3

6.

Siswa berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat

2

4

7

Kerjasama antar siswa

2

3

8.

Siswa melaksanakan refleksi

2

3

 

JUMLAH

15

27

 

Persentase

46,88

84,38

 

Keterangan :

1  =  Tidak Baik

2  =  Kurang Baik

3  =  Cukup Baik

4  =  Baik

 

Tabel 2

Instrumen Aktifitas Guru

 

 

No

 

Aspek Yang di Nilai

Siklus

I

II

1.

Membuka Pelajaran

3

4

2.

Melakukan Apersepsi

3

3

3.

Penyampaian Tujuan Pembelajaran

3

3

4.

Memotivasi Siswa dalam pembelajaran

2

3

5.

Penguasaan Materi

3

4

6.

Penggunaan Metode dan teknik pembelajaran

2

4

7.

Penguasaan Kelas pembelajaran

2

3

8.

Memberi Kesempatan bertanya dan tanggapan pada siswa

2

4

9.

Kemampuan bertanya dan menanggapi

2

3

10.

Membimbing siswa membuat rangkuman

2

3

11

Memberikan evaluasi

2

4

12

Interaksi guru dengan siswa

2

3

13.

Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

2

3

14

KBM sesuai dengan skenario dan silabus

2

4

Jumlah

    32

    48

Persentase

57,14

84,71

 

Keterangan :

1  =  Tidak Baik

2  =  Kurang Baik

3  =  Cukup Baik

4  =  Baik

Tabel 3

Instrumen Hasil Belajar Siswa

 

No

Nama Siswa

Siklus

I

II

1.

Ali Fairus  Nadiah

70

80

2.

Alvina Witya A

75

87

3.

Atika Fitri  Andini

55

65

4.

Cahyani Citra Dewi

60

75

5.

Dinda Elok M

70

75

6.

Erza Wahyuning T

65

95

7.

Fidya Nur Wachida H

55

75

8.

Fitrah  Auliyah

90

80

9.

Gresua Zumarda M

70

95

10.

Ika Hidayati

65

70

11.

Inas Latifa Qisthi A

45

75

12.

Khalfun Rais S

80

80

13.

Mutiara Nirmala P

50

65

14.

Oktavia Intan P

65

85

15.

Ria Novitasari

65

70

16.

Salsabila Desinsqie

58

75

17.

Susi Juweni

65

70

18

Uyunun Sofia

45

65

19

Fatimah

65

75

Jumlah Nilai

1213

1457

Nilai Rata-rata

64

77

Siswa yang mencapai ketuntasan

12

19

 

Berdasarkan data di atas bahwa proses dalam perbaikan pembelajaran  menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan terhadap prestasi belajar siswa sebagai berikut:

a. Pada siklus I siswa cenderung masih pasif dan kalau mengetahui jawabannya mereka cenderung ragu-ragu dalam menjawab dan takut salah, dalam lembar pengamatan menunkkan  hanya mencapai 46,88 %. Sedang pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dengan metode penedekatan think pair share siswa termotivasi untuk meng-gunakan kemampuan berfikir kritis dan kreatifitasnya  dalam pembelajaran serta siswa mau bekerjasama dengan teman-temanya guna meningkatkan prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pengamatan teman sejawat mencapai  84,38 %.

b. Nilai rata-rata kelas pada pem-belajaran siklus I adalah 64, sedang pada siklus II meningkat menjadi 77,  hal ini menunjuk-kan adanya pengaruh pengguna-an pendekatan Think Pair Share dalam proses pembelajaran PKn.

c. Target nilai dalam Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran PKn adalah 65, dalam penelitian menunjukan hasil yang diperoleh pada siklus I adalah 63,16% tuntas dan 36,84% tidak tuntas, sedang pada siklus II adalah 100% tuntas.

 

 

 

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan metode pendekatan Think Pair Share ternyata dapat meningkatkan cara berfikir siswa,  yang pada akhirnya akan meningkat pula prestasi belajar siswa seperti yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Surabaya.

2. Penerapan metode pendekatan Think Pair Share ternyata dapat meningkatkan keterlibatan semua kemampuan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga terjadi suasana pem-belajaran yang menyenangkan.

  

SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas dengan baik, guru diharapkan meng-adakan Penelitian Tindakan Kelas, agar permasalahan ter-sebut dapat cepat teratasi dengan baik.

2. Sebaiknya para guru mencoba menggunakan metode-metode yang bervariasi dan juga di-sesuaikan dengan materi atau pokok bahasan yang akan dibahas.

3. Agar hasil belajar siswa mencapai hasil yang optimal, guru dituntut untuk selalu inovatif dan kreatif dengan menggunakan alat dan bahan yang ada disekitarnya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Daryanto, 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Yrama Widya. 

Depdikbud., 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas., 2006.  Pedoman Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs). Jakarta : Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Redaksi, Tim. 2010. UUD 1945 dan Konstitusi ndonesi., Jakarta: Indonesia Legal Center Pub-lishing.

Ruky, Ahmad S. 2006. Sistem Mana-gemen Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Slameto. 2010.  Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi-nya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiarto, Bambang.  2009.  Meng-ajar Siswa Belajar Implemen-tasi Guru di Dalam Kelas. Surabaya: Unesa University Perss.

Sundawa, Dadang.dkk. 2008. Pen-didikan Kewarganegara-an Sekolah Menengah Per-tama / Madrasah Tsanawi-yah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasi-onal.

Supratno, Haris. 2010. Modul Pen-didikan dan Pelatihan Profesi Guru PKN. Surabaya : Unesa University Perss.

Yulianto, Bambang. 2009. Model Pembelajaran Inovasi Bahasa Indonesia. Surabaya : Unesa University Perss.